Merangsang Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak

Oct 01, 2015 | / Tips / Umum |
Rate:
Dilihat 827x
Seperti kita ketahui, perkembangan motorik anak pada dasarnya bisa dibedakan menjadi dua, yaitu perkembangan motorik halus dan perkembangan motorik kasar. Perkembangan motorik sendiri adalah proses untuk mengasah kemampuan gerak anak (kemampuan motorik).

Kemampuan motorik halus dikaitkan dengan perkembangan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Misalnya menggambar, menulis, menggunting kertas sesuai bentuk, bermain puzzle, dan lain-lain. Rangsangan dari orangtua sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus ini.
Sedangkan motorik kasar adalah kemampuan motorik yang menuntut keseimbangan dan koordinasi antara anggota tubuh dengan otot-otot besar, misalnya berjalan, melompat, berlari, dan seterusnya. Peranan lingkungan juga sangat menentukan bagi perkembangan motorik ini.

Perlu diakui bahwa selama ini, baik di rumah atau di sekolah, sebagian konsentrasi orang dewasa pada anak-anak lebih banyak difokuskan untuk melatih perkembangan motorik halusnya, seperti latihan menata barang, puzzle, menulis dan seterusnya. Untuk perkembangan motorik kasarnya kita lebih sering berpikir menyerahkan pada proses alam. Hal ini sebetulnya bukan sebuah pemikiran yang salah total, memang kebanyakan seperti itu yang terjadi. Hanya saja, untuk mendapatkan hasil yang optimal, anak-anak tetap butuh rangsangan dan arahan dari orangtua agar motorik kasarnya berkembang optimal.

Rangsangan dari orangtua, selain untuk membantu perkembangan, tujuannya juga untuk mendeteksi apakah motorik anak berkembang sebagaimana mestinya atau tidak, apakah sesuai dengan tugas perkembangan usia anak saat itu. Deteksi dini sangat penting agar bisa memberi solusi atau mengantisipasi apabila perkembangan motorik kasar si anak memang masih di bawah yang seharusnya, walaupun memang tetap perlu diingat bahwa tiap anak pasti berbeda-beda. Jika motorik kasarnya berkembang normal dan optimal, tentu ini akan menjadi penunjang tingkat percaya diri anak, kesehatan, dan kebahagian bersama.

Banyak aktivitas sederhana yang bisa kita lakukan untuk merangsang dan melatih motorik kasarnya. Tapi tentu ini perlu disesuaikan dengan perkembangan dan usianya.

Untuk anak yang masih bayi (belum bisa berjalan), yang bisa dilatih antara lain: merangkak, latihan berdiri, melempar, dan sebagainya. Kita bisa mengajak si Kecil bermain lalu kita rangsang agar merangkak atau mengambil bola atau melempar benda. Adapun untuk anak yang sudah bisa jalan, namun belum masuk sekolah, kita bisa melatih beberapa gerakan, misalnya: berlari, naik tangga, memanjat kursi, berputar, berjalan di atas papan titian, naik sepeda, dan sebagainya. Naik turun sofa di rumah pun bisa membantu perkembangan motorik kasar anak. Anda bisa selalu mengajak anak bermain yang melibatkan gerakan-gerakan ini. Tentunya anak harus selalu dalam pengawasan orangtua saat melakukannya.

Pada usia tiga tahun otot-otot besar anak berkembang pesat, yang berarti kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik kasar seperti memanjat dan melompat menjadi lebih mudah ia lakukan. Tetapi sekali lagi, anak mencapai keterampilan motorik kasar pada usia yang berbeda-beda. Satu anak terlihat gesit dan berani, sementara anak lainnya lebih hati-hati dan perlu bantuan atau dorongan. Untuk itu peran orangtua dalam stimulasi menjadi penting. Jangan malu untuk memberi contoh, menari, melompat, dan berlari bersama anak. Anak belajar dengan meniru, dan aktivitas-aktivitas ini tentunya akan lebih seru ketika dilakukan bersama-sama, bukan?

Saat sudah masuk sekolah pun sebenarnya anak tetap perlu kita latih, namun kita sesuaikan dengan kebutuhan, misalnya mengajak bermain, mengajak menyelesaikan pekerjaan di rumah, latihan mengkoordinasi barang, dan lain-lain. Berolahraga bersama anak juga bisa Anda lakukan untuk menstimulus perkembangan motorik anak.

Kalau mengamati perilaku anak-anak yang tidak mau diam, dan banyak ulah, sebetulnya ini adalah petanda bahwa Tuhan telah mengajarkan anak-anak untuk mengembangkan kemampuannya melalui dorongan naluri. Hanya saja, dorongan itu seringkali netral. Netral dalam arti mungkin bisa tidak terkontrol atau juga sebaliknya. Agar proporsional, maka peranan orangtua yang ikut menentukan. Meski anak punya dorongan untuk bergerak, tapi kalau sering kita matikan dengan larangan atau godaan fasilitas dan makanan yang berlebihan, maka sangat mungkin dorongan untuk bergerak itu lemah sehingga motoriknya juga tidak berkembang secara optimal.
Tips Pilihan Lainnya: