Mengatur Makan Agar Anak Tak Kegemukan

Oct 01, 2019 | / Tips / Umum |
Rate:
Dilihat 1099x
Seringkali orangtua menginginkan anak bertubuh gemuk karena anak yang gemuk lebih lucu. Padahal, anak menjadi gemuk bisa merupakan pertanda ada hal yang kurang tepat dalam mengatur makan anak. Tidak semata berkaitan dengan porsi, melainkan menu yang disajikan bukan tergolong menu seimbang. Selain itu, lebih banyak porsi jajanan dan camilan dibanding menu utama harian. Bagaimana mengatur makan yang baik, kita bicarakan di bawah ini.

KALAUporsi dan pilihan menu yang diberikan disesuaikan dengan umur anak, serta aktivitas fisik anak memadai, tentu anak bisa terhindar menjadi gemuk atau kegemukan. Sepuluh persen di atas berat ideal, anak tergolong gemuk atau overweight. Bila lebih dari itu anak menjadi kegemukan atau obesitas.



Berapa berat badan ideal anak?

Sejak hamil, sudah direncanakan agar anak lahir cukup 3 kg saja. Lebih berat dari itu, selain sukar persalinannya, anak cenderung berisiko lebih gemuk. Maka berat badan lahir ideal sebaiknya 3 kg, setelah berumur 6 bulan menjadi dua kali berat lahir yaitu 6 Kg, dan pada umur setahun menjadi tiga kali berat lahir atau 9 kg. Bayi sekarang rata-rata lebih dari itu. Kondisi itu yang cenderung menjadikan bayi kelebihan berat badan. Mengapa?

Asupan makannya selain kelebihan porsi, juga keliru pilihan menunya. Kalau hanya ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan, lalu bubur susu setelah berumur 6 bulan, baru kemudian nasi tim pada umur 8 bulan, anak takkan menjadi gemuk, apalagi kegemukan.

Yang acapkali terjadi, anak kelewat dini diberikan makanan padat pertama. Belum 6 bulan sudah diberikan karbohidrat, seperti nasi, pisang, atau biskuit. Padahal cukup hanya ASI saja. Pemberian makanan padat terlalu pagi, sebelum anak berumur 6 bulan, mengganggu perkembangan pencernaan bayi juga.

Setelah umur setahun, berat badan ideal anak untuk gampangnya bisa dihitung dengan rumus 8+2(umur) Kg. Umur 2 tahun menjadi 8+2 (2) Kg = 12 Kg. Pemantauan berat badan sesuai umur bagi anak-anak dapat menggunakan chart dari WHO

Maka hanya dengan menilai berat badan saja kita sudah dapat memonitor pertumbuhan anak sesuai dengan umurnya, ataukah tidak. Bila berat badan anak terus melebihi idealnya, berarti asupan makannya sudah berlebihan, maka perlu dikurangi. Bila di bawah idealnya, berarti makannya harus ditambah.



Makan tetap tiga kali sehari

Idealnya pencernaan tubuh kita membutuhkan jadwal makan tiga kali sehari. Begitu juga anak yang sudah disapih.

Porsi makan dalam sehari dibagi tiga kali. Makan pagi paling besar porsinya, makan siang kurang begitu besar, dan makan malam paling kecil. Sedangkan lauk pauknya tetap harus senantiasa lengkap keanekaragamannya.

Ada protein, lemak, sayur mayur, dan buah-buahan dengan perimbangan yang sesuai. Paling besar porsi karbohidrat yakni 60 persen dari seluruh kebutuhan kalori, lemak 15 persen, sisanya porsi protein.

Pada bayi dan prasekolah, lambungnya masih belum bertumbuh optimal, maka porsi satu kali makannya belum cukup besar, maka perlu makanan selingan. Tiap 3-4 jam ada camilan. Sebaiknya berupa sumber karbohidrat, seperti ubi atau roti.

Kebutuhan kalori sesuai dengan umur, jenis aktivitas harian, adakah penyakit, dan berat badan sekarang. Bila berat badannya sudah ideal, orang dewasa pekerja kantoran membutuhkan sekitar 2.200 Kalori per harinya. Bayi separuh dari itu. Tinggal ditukar dengan takaran rumah tangga, kita bisa secara kasar menakar porsi makannya.

Artinya makan sepiring nasi, lauk ikan, tahu, tempe, daging, sayur, dan buah, serta susu secukupnya. Tahu kalau porsi makan sudah cukup, berat badan mencapai berat badan idealnya. Maka bercermin dari berat badan ideal dari waktu ke waktu itulah kita bisa menilai apakah porsi makan anak sudah memadai sesuai dengan umurnya.

Berat badan ideal saja belum mencerminkan anak sudah kecukupan semua zat gizi. Kebanyakan orang sekarang justru mengalami apa yang disebut sebagai “hidden hunger” atau kekurangan gizi orang kecukupan. Porsi makannya sudah memadai sehingga berat badannya ideal, namun kandungan zat gizi dalam menu hariannya tidak lengkap keanekaragamannya. Mungkin kekurangan asam amino esensial, lemak esensial, mineral esensial, atau sejumlah vitamin tertentu. Dan itu baru diketahui kalau darahnya diperiksa.

Kekurangan zat gizi membuat kinerja tubuh tidak tidak optimal. Mesin tubuh tidak berputar lancar. Mungkin muncul keluhan dan gejala kekurangan gizi yang khas, selain tanda-tanda pada tubuh (defficiency symptoms). Di antaranya, kulit kering, rabun senja, rambut pirang, anemia, seriawan, gangguan tulang.



Perlu menyukai segala makanan

Agar anak menyukai segala jenis menu, dan makanan, sejak dini sudah diperkenalkan menu dan makanan apa saja. Semakin beragam menu diberikan, semakin kecil kemungkinan anak kekurangan gizi, sehingga tak perlu lagi diberikan suplemen macam-macam.Kesan pertama anak terhadap suatu makanan yang ditawarkan, menentukan apakah selanjutnya anak akan menyukai makanan tersebut, atau membencinya. Sekali anak sudah membenci suatu makanan, biasanya seumur hidup anak menolak untuk menerimanya. Tak suka ikan hanya karena waktu pertama berkenalan, ada rasa yang tak nyaman (amis, anyir).

Tidak ada jenis menu atau makanan yang terlarang bagi anak. Semua yang ada di muka bumi, bahan makanan alami lebih menyehatkan ketimbang yang diolah, hendaknya diperkenalkan kepada anak sejak dini. Semua jenis sayur mayur, segala jenis buah-buahan, serta menu yang beraneka bumbu (spicy), perlu berkembang menjadi kesukaan makan anak.

Tentu saja tidak mudah membuat anak menjadi suka segala jenis menu dan makanan. Ibu perlu memiliki siasat agar anak menjadi suka jenis menu dan makanan apa saja. Bukan saja cita rasa, terlebih penampilan menu dan makanan menentukan apakah anak akan menerimanya, atau malah menolaknya. Bentuk dan wujud apa yang anak akan makan, ikut menentukan berkembangnya kesukaan anak akan suatu makanan.

Selain mendahulukan menu utama tiga kali makan sehari, perhatikan pula porsi dan jenis camilan. Seringkali anak tidak dilatih memilih menu dan makanan dengan kepala, melainkan hanya dengan hati. Makan apa saja yang paling disuka, tak soal menyehatkan ataukah tidak bila berlebihan. Jenis makanan manis dan gurih menjadi musuh utama yang umumnya berasal dari camilan. Maka perlu dibatasi.

Minuman serba manis, jajanan serba gurih, serba gorengan, yang kalau dihitung, tanpa disadari jumlah kalorinya sama banyak, atau bahkan berlebih dari total menu makan tiga kali sehari. Bila anak tetap teratur makan tiga kali, dan porsinya tidak berlebihan, namun berat badannya terus bertambah, yang perlu diamati, apakah camilannya berlebihan.

Idealnya camilan anak bukan dari yang serba bergula dan berlemak, melainkan yang berasal dari alam, seperti pisang, ubi, talas, singkong yang direbus. Termasuk kacang rebus. Camilan ini lebih menyehatkan ketimbang kue donat, cake, pie, atau mi, serta minuman manis. Terlebih bagi yang berat badannya sudah berlebihan.
Kalau camilan yang serba bergula dan berlemak melebihi kebutuhan tubuh, sia-sia mengatur menu utama tiga kali yang porsi karbohidratnya tigaperlima dari total kebutuhan kalori tubuh per harinya, seperlima porsi kalori dari lemak, dan selebihnya dari sumber menu berprotein. Asupan harian minuman ringan, teh manis, permen, cokelat, keripik, kalau dihitung jumlah kalorinya hampir sama dengan sepiring nasi. Dan yang bikin berat badanmembengkak itu sering tidak disadari.***
Tips Pilihan Lainnya: