Ini Sebabnya Makin Banyak Orang Mabuk Bawa Mobil di Jalanan

Oct 16, 2018 | / Tips / Umum |
Rate:
Dilihat 1750x
Beberapa kasus kecelakaan di jalan raya terjadi karena pengemudinya memakai Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), terutama sabu dan ekstasi. Di Indonesia, popularitas kedua jenis napza ini memang sedang menanjak.

Sabu dan ekstasi termasuk golongan stimulansia dan dikelompokkan sebagai Amphetamine Type Stimulant (ATS). Secara umum, Napza jenis ini cukup populer dan menempati 3 besar jenis napza paling sering disalahgunakan di 15 negara Asia Timur menurut catatan United Nations Office on Drugs and Crime.

Di Indonesia sendiri, Badan Narkotika Nasional (BNN) juga mencatat adanya peningkatan konsumsi Napza kelompok ATS. Diduga karena pembuatannya yang sangat mudah, kelompok Napza ini telah menggeser popularitas jenis narkotika lain yang sudah lebih dulu dikenal yakni heroin.

"Ganja itu di Indonesia masih nomor satu, di bawahnya adalah ATS termasuk sabu dan ekstasi. Setelah itu baru heroin, lalu kokain," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BNN, Sumirat Dwiyanto saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Selasa (16/10/2012).

Saat ini, Sumirat mencatat peredaran terbesar untuk Napza jenis ATS ini masih berada di wilayah Jakarta. Namun pemakainya tidak terbatas pada kalangan berduit saja, melainkan sudah merambah kelompok ekonomi menengah ke bawah di kampung-kampung.

"Awalnya kan ditawari, gratis dulu disuruh coba. Nanti kalu kalau sudah ketagihan, baru disuruh beli. Kalau tidak punya uang, dia bisa beli dengan cara lain misalnya membantu jualan sebagai pengecer kecil gitu lah, atau sebagai kurir," lanjut Sumirat.

Efek stimulansia seperti halnya ATS ini sebenarnya memacu kerja jantung sehingga pemakainya seperti tidak pernah kehabisan energi. Karena itu, penyalahgunaan obat ini banyak ditemukan di tempat hiburan malam karena biasanya si pemakai ingin bisa joget-joget sampai pagi.

Memang dalam pemahaman orang awam, obat-obat yang kerjanya membangkitkan stamina seperti ini bakal mencegah datangnya rasa kantuk dan seharusnya malah menguntungkan bagi yang sedang mengemudikan kendaraan. Namun tidak demikian menurut para mantan pengguna.

"Dalam jangka panjang kalau seseorang melek terus, 4-5 hari tidak tidur lama-lama drop juga. Kan ada batas toleransi sampai tubuh tidak bisa lagi dipaksakan. Kalau sudah begitu ya capek, halusinasi," kata Edo Agustian, Koordinator Sekretariat Nasional PKNI (Persaudaraan Korban NAPZA Indonesia), sebuah organisasi yang menaungi para pemakai dan mantan pemakai Napza.

Edo juga mengakui bahwa peredaran ATS di Indonesia cenderung meningkat. Jika sebelumnya hanya menjadi transit atau tempat lewat bagi sindikat Napza internasional, sekarang sudah jadi target pasar dan bahkan bisa membuat sendiri karena di negara ini bahan bakunya relatif mudah didapat.

China, Myanmar dan Filipina menurut Edo masih menjadi pembuat ATS ilegal terbesar di wilayah Asia. Namun peredarannya makin meluas, termasuk kristal metamphitamine atau dikenal dengan istilah sabu yang kini sudah memasuki negara-negara yang sebelumnya tidak terpapar seperti Kamboja, China, Laos, dan Myanmar.
Tips Pilihan Lainnya: