Bentuk Anak Sadar Gizi Sejak Dini

Nov 11, 2017 | / Tips / Kesehatan |
Rate:
Dilihat 827x
Ketika berkaitan dengan kegiatan makan, para orang tua kerap kehilangan kesabaran dan menganggap anak sebagai objek. Akibatnya, anak menghindari makanan yang disuguhkan. Bagaimana menyiasatinya?

Kondisi tersebut mesti dihindari. Apalagi, jika itu malah membuat anak menghindari makanan-makanan bergizi seperti buah dan sayuran. Faktanya, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, rata-rata 90 persen penduduk Indonesia di setiap daerah belum termasuk kategori “cukup konsumsi sayur dan buah”. Standar kategori tersebut terpenuhi jika seseorang mengkonsumsi buah dan sayuran minimal lima porsi sehari.

Anak-anak Indonesia saat ini pun terancam oleh masalah double burden. Di mana, selain permasalahan kekurangan gizi, pada beberapa tahun belakangan angka kelebihan gizi atau obesitas juga meningkat. Data lain dari Riskesdas soal aktivitas fisik teratur mengatakan, bahwa sebanyak 48,2 persen orang Indonesia berada di bawah standar. Padahal, untuk mencapainya termasuk mudah. Seseorang haruslah melakukan aktivitas fisik dengan total akumulasi 150 menit dalam seminggu.

Jika kedua masalah tadi dibiarkan, selain berdampak langsung terhadap kesehatan masing-masing anak, juga memiliki dampak yang lebih luas, yaitu menurunnya kualitas generasi penerus bangsa. Lalu, bagaimana cara membentuk anak yang sadar gizi sejak dini?

Dr. Elvina Karyadi, M.Sc, Ph.D, SpGK, mengatakan bahwa hal itu mesti dimulai sejak dini dan dari rumah. Para orang tua hendaknya tidak menganggap anak sebagai objek, dengan serta-merta menyuruh anak makan tanpa penjelasan. Ia mengajak orang tua untuk mengkomunikasikan pentingnya gizi makanan tersebut pada anak mereka. “Buatlah sesi makan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Kita tidak boleh force feeding,” tegasnya.

Di lain sisi, seperti yang dituturkan oleh Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Direktur Jenderal Pendidikkan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (Paudni), pendidikan soal gizi juga mesti disosialisasikan kepada para orang tua dan guru, dua pihak yang paling sering bersinggungan dengan anak. Guru mesti tahu makanan apa saja yang baik untuk anak. Namun, menurutnya, “masalahnya adalah terkadang guru mengenalkan macam-macam makanan dengan (contoh) makanan plastik. Semestinya, bawa saja buah-buahan dan sayuran (sungguhan).”

Lydia memberikan contoh Paud Rumah Srikandi Kemudo, Klaten, Jawa Tengah, yang di kepalai oleh Nunuk Sri Mulyani. Paud tersebut memiliki “Kebun Nutrisi” yang telah dedirikan sejak 2011, di mana para anak dilibatkan pada kegiatan menanam, merawat, memanen, hingga mengolah sayuran yang akan mereka makan. Kegiatan semacam ini berhasil menstimulasi anak untuk senang terhadap berbagai makanan bergizi, seperti buah dan sayuran.

Jadi, tunggu apa lagi? Bentuklah anak yang sadar gizi sejak dini. Kalau gizinya saja belum baik, janganlah terlalu berharap anak akan sukses dengan baca-tulis-hitung
Tips Pilihan Lainnya: