5 Alasan yang Membuat Belajar Sambil Bermain Penting

Dec 05, 2017 | / Tips / Umum |
Rate:
Dilihat 957x
“Dunia anak adalah dunia bermain sambil belajar,” tulis Hedy Lim, salah seorang guru yang telah mendapatkan sertifikat guru profesional dari Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), dalam artikelnya di Kompasiana. Membaca ungkapan itu sebagai pengajar kita pasti setuju, hanya saja banyak pertimbangan untuk mulai menerapkannya dalam kelas. Mulai dari pertimbangan waktu yang dipakai hingga keseriusan siswa mengikuti pelajaran.

Terlepas dari anggapan-anggapan di atas, bermain sambil belajar tetaplah metode belajar paling efektif. Dengan metode ini siswa menjadi lebih kreatif dan aktif, mereka pun menjadi lebih senang mengikuti pelajaran dan tidak mudah bosan di kelas. Selain itu, para siswa juga bisa memperoleh beberapa keterampilan tambahan di luar materi yang diajarkan.

Mengenai hal ini Rebekah Stathakis memberikan lima alasan mengapa belajar sambil bermain menjadi penting diterapkan dalam kelas. “Selama bertahun-tahun, saya telah membuat daftar yang berisi lima alasan yang saya percayai menjadikan permainan sebagai alat pendidikan paling powerful,” tulisnya dalam artikel yang dimuat di situs educationworld. Kelima alasan itu dia kemukakan berdasarkan pengalamannya mengajar bahasa asing di beberapa sekolah dasar, menengah hingga perguruan tinggi. Dia selalu menggunakan permainan sebagai sarana menyampaikan materi pelajarannya. Berikut kelima alasan itu:

Pertama, siswa dapat belajar melalui proses berjalannya permainan. Rebekah menyatakan bahwa dengan permainan para siswa dapat belajar memahami konsep dan ide baru dalam belajar. Mereka juga dapat melihat materi yang diajarkan dari perspektif yang belum mereka ketahui sebelumnya, dengan begitu mereka akan mulai bereksperimen dengan kemungkinan-kemungkinan dan variabel-variabel baru.

Dia mencontohkan dengan permainan kartu yang sering digunakannya bersama siswa pada minggu pertama pelajaran. Dalam permainan itu, para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 hingga 5 orang, mereka bermain sesuai dengan petunjuk yang tertulis pada kartu yang mereka dapatkan. Setiap kelompok mendapatkan aturan permainan yang berbeda. Permainan pun berjalan dengan penuh khidmat di setiap kelompok. Setelah ronde pertama, setiap pemenang dari tiap kelompok memiliki kesempatan untuk pindah ke kelompok lain.

Di kelompok lain, mereka mendapatkan aturan yang berbeda dengan permainan sebelumnya, sehingga harus menyesuaikan diri dengan aturan baru itu. Ada diantara mereka yang tidak terima dan mengatakan “cara bermainmu salah,” kepada siswa lain di kelompok barunya. Hal ini digunakan Rebekah sebagai starting point dalam menjelaskan tentang berpindahnya seseorang dari satu daerah ke daerah lain. Dia harus segera menyesuaikan diri dengan keadaan di daerah baru. “Saya menceritakan pengalaman pribadi saya ketika pindah dari Spanyol ke Venezuela lalu ke Amerika Serikat. Pada awalnya, saya pun merasa bahwa orang-orang di sana berbicara dengan bahasa yang salah,” lanjutnya.

Permainan dilanjutkan, tetapi dengan toleransi untuk mendiskusikan aturan baru kepada pemain yang baru saja pindah dari kelompok lain. Di akhir permainan, mereka mulai mengerti bahwa tujuan permainan ini adalah untuk menjelaskan pentingnya belajar bahasa baru. Hingga ada salah seorang dari mereka berkata “saya paham, ternyata Anda mencoba menunjukkan kepada kami mengapa kami perlu belajar bahasa lain. Agar kami bisa saling belajar satu sama lain.”

Kedua, permainan dapat menjadi perantara untuk mengikutsertakan siswa dalam proses belajar-mengajar. Beberapa pelajaran membutuhkan keaktifan siswa di dalamnya. Seperti pelajaran bahasa asing yang memerlukan wawasan tentang cara pengucapan dan penguasaan perbendaharaan kata yang cukup. Dengan permainan, guru lebih dapat mengajak mereka untuk mengucapkan beberapa kata atau kalimat, sehingga secara tidak langsung mereka telah berlatih mengucapkan kata-kata dan kalimat-kalimat itu. Metode ini justru lebih efektif daripada apa yang ada di dalam buku paket bahasa asing yang banyak berisi daftar kosakata.

“Saya biasa mengajak siswa untuk bermain ‘tebak kata’, dengan begitu mereka terdorong untuk mengucapkan jawaban dari teka-teki yang saya berikan dengan kosakata dan struktur kalimat yang benar. Secara berulang-ulang mereka mendapatkan latihan yang mereka butuhkan,” lanjut Rebekah.

Ketiga, lewat permainan siswa dapat mempelajari beberapa keterampilan penting. Ada banyak sekali keterampilan yang dapat dipelajari oleh siswa lewat permainan, seperti keterampilan berpikir kritis, kreativitas, team work, dan sportivitas. Sebagai contoh dalam pelajaran bahasa terdapat beberapa keterampilan dasar yang cukup penting, seperti keterampilan dalam pemakaian kata yang terlampau banyak. “Untuk melatihnya, saya biasa mengajak siswa untuk bermain ‘tebak kata’, setelah permainan ini selesai, saya merasakan adanya peningkatan pesat pada keterampilan siswa dalam menggunakan kata dengan jumlah banyak,” katanya.

Keempat, permainan dapat menjadi salah satu faktor penguat memori. Selama bermain, tanpa disadari para siswa banyak berinteraksi dengan materi yang sedang diajarkan, hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang membuat mereka mudah mengingat materi itu. Dalam permainan, para siswa banyak melewati momen yang sulit mereka lupakan, dalam hal ini Rebekah menceritakan pengalamannya “momen yang paling saya suka selama mengajar adalah ketika tiba waktu bermain. Saya tidak akan lupa ketika Miguel, salah seorang murid saya, berlari mengelilingi kelas untuk memberitahukan teman-teman sekelasnya arti kata ‘mono’ (monyet), saya yakin teman-temannya juga tidak akan bisa melupakan momen lucu itu.”

Dengan memvariasikan jenis permainan yang kita berikan, stimulus yang diterima siswa pun akan bermacam-macam. Beberapa anak mengingat sesuatu dengan memperagakannya, yang lain dengan mengingat petunjuk-petunjuk yang mengarahkan kepada sesuatu itu, ada juga yang mengingatnya setelah mendengar temannya yang berteriak menjawab teka-teki. “Perasaan positif yang ekspresif dapat mendukung proses belajar” Rebekah menambahkan.

Kelima, permainan dapat menyerap perhatian siswa dan mengikutsertakan mereka dalam proses belajar secara aktif. Karena siswa sangat menyukai permainan, hal ini dapat menjadi cara yang baik untuk memusatkan fokus sekaligus menyerap perhatian mereka. Beberapa fenomena mungkin dapat menjelaskan hal ini. Setelah melewati masa liburan yang panjang, para siswa biasanya terlihat sangat energik dan mudah bosan duduk. Pada masa seperti ini permainan yang memakan banyak energi dapat segera mengembalikan pikiran mereka kepada pelajaran, sehingga mereka dapat kembali siap menerima pelajaran baru. “Permainan dapat dengan cepat mengikutsertakan mereka dalam pelajaran dan mengembalikan pikiran mereka kepada materi yang sedang kita ajarkan” tulis Rebekah.

Anak tumbuh dan berkembang melalui kegiatan bermain. Semakin mereka menikmati proses belajar, maka akan semakin banyak materi yang diserap dan dipahami oleh anak. Proses pengajaran materi oleh guru ke siswa sendiri lebih dari sekadar transfer informasi. Siswa perlu memahami konsep materi yang diajarkan agar dapat menguasainya dengan baik. Nah, dengan membuat belajar menyenangkan, siswa akan dapat lebih mudah memahami apa yang diajarkan.
Tips Pilihan Lainnya: