Cara Mudah Mengajarkan Dasar-Dasar Matematika

Dec 05, 2017 | / Tips / Umum |
Rate:
Dilihat 722x
Guru adalah profesi yang mulia, menjadi guru tidak harus berada di dalam kelas atau mengajar di suatu sekolah, karena guru pada hakikatnya bisa dilakoni semua orang. Seorang ayah atau ibu seharusnya menjadi guru bagi anak-anaknya. Demikian juga abang dan kakak mestilah dapat diandalkan sebagai guru untuk adik-adiknya. Tak jarang hal yang paradoks terjadi, seorang ilmuwan mempunyai anak yang tidak paham ilmu pengetahuan, atau seorang jago matematika memiliki adik yang tidak pandai matematika, karena tidak sanggup menjadi guru bagi anak atau adiknya.

Apalagi matematika – sebagaimana telah dikatakan oleh Erik Temple Bell, matematikawan Amerika Serikat asal Skotlandia- adalah ratu dan abdi ilmu pengetahuan, karena matematika mampu menjadi bahasa kedua bagi manusia sekaligus bahasa ilmu pengetahuan, di mana tanpa matematika ilmu pengetahuan menjadi bisu, diam, statis, dan bila ilmu pengetahuan telah diam, tentunya peradaban manusia tidak akan pernah ada dan manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk lainnya.

Sebagaimana yang telah dimaklumi, matematika harus dipelajari dari dasarnya dan jika tidak, yang didapati hanyalah kebingungan dan kebingungan. Waktu ideal untuk mengajarkan matematika dasar adalah di jenjang SD hingga SMP, tapi jika melihat kondisi pendidikan kita, masih banyak sekolah yang belum berhasil menerapkannya kepada murid-murid, sehingga siswa harus mengikuti bimbingan belajar, itu pun kalau belajar di bimbel yang tidak memakai sistem “kejar setoran”, kalau tidak maka yang didapati hanyalah kesia-siaan belaka.

Untuk mengajarkan matematika dasar sebenarnya tidak sulit, hanya memerlukan ketelitian dan menerapkan langkah-langkah yang tepat. Hal ini terutama sangat berguna bagi yang newbie di dunia pengajaran, bisanya anak SMA atau anak kuliah yang nyambi sambil mengajar les atau bimbel. Nah untuk memudahkan Anda, berikut ini kami hadirkan langkah-langkahnya, yaitu:

1. Perkenalkan Matematika sebagai Teman.

Suatu ketika Anda dibelikan mainan baru oleh orang tua Anda, apa yang akan terjadi kemudian? Saya yakin Anda tidak akan mau jauh-jauh dari mainan tersebut. Mengapa Anda bisa sebegitu dekat dengan mainan tersebut? Tentu hal ini karena Anda mengenal mainan itu sebagai alat yang menyenangkan, coba sebaliknya jika Anda mengenal mainan seperti hewan buas yang akan membunuh Anda, mana mungkin Anda berani menyentuhnya. Hal yang sama juga berlaku pada matematika, jika ia diperkenalkan sebagai monster, tentu tidak akan menarik minat siswa dalam mempelajarinya. Maka dari itu, cobalah memperkenalkan matematika sebagai sahabat yang baik hati, karena memang matematika telah berjasa di dalam kehidupan manusia.

Memperkenalkan matematika kepada siswa bukan hal yang sulit, asal cara mengenalkannya dengan metode yang menyenangkan. Apalagi anak-anak yang masih berada di jenjang pendidikan dasar, mereka cenderung menyukai suatu pelajaran justru karena gaya mengajar sang guru. Boleh jadi di kelas 4 sang murid menyukai pelajaran IPA karena gurunya baik, tapi begitu naik kelas terjadi pergantian guru dengan guru yang kejam, sang murid malah membenci pelajaran IPA. Itulah sebabnya lebih baik jika guru tidak usah mengatakan pelajaran matematika itu adalah center of knowledge dan mata pelajaran yang paling mulia. Karena dalam pandangan murid bisa-bisa matematika itu adalah pelajaran yang sombong, mana ada orang yang mau berkenalan dengan orang sombong? Jika pada perkenalan pertama sudah berkesan buruk, maka pada tahap selanjutnya yang muncul hanyalah permusuhan, bukan kecintaan.

Setelah anak-anak kenal baik dengan matematika, agar persahabatan tetap akrab, maka ajarkanlah agar para siswa jangan jaim (jaga image) di hadapan matematika. Inilah yang sering diungkapkan guru matematika favorit saya yaitu pak Irwan S.Pd.I. Maksudnya adalah setelah para murid akrab dengan matematika, mereka harus mau peduli pada matematika, dengan cara rajin mempelajarinya, sering mengerjakan soal-soal, dan tidak malu bertanya jika tidak paham.

2. Jadikan Matematika sebagai Jawaban dari ‘Mengapa’ dan ‘Bagaimana’.

Ingin jadi saintis? caranya gampang, cukup mencari pertanyaan yang diawali dengan mengapa atau bagaimana, kemudian mengambil hipotesis lalu diuji dengan eksperimen, hal inilah yang mengantarkan Ivan Kristanto seorang siswa Indonesia menjadi juara olimpiade matematika tingkat dunia. Matematika sebagai salah satu natural science sebenarnya tidak memerlukan banyak hafalan. Acap kali guru hanya memberi rumus belaka tanpa mengajarkan bagaimana cara mendapatkan rumus tersebut, padahal modal utama dalam mengajarkan matematika adalah menumbuhkan semangat keingintahuan.

Akibat buruk dari metode mengajar semacam ini adalah para murid akan menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, sebenarnya jika mereka memahami konsep matematika tidak akan terasa sulit sama sekali, sebab ia berasal dari kehidupan sehari-hari.

Tidak salah jika ada yang mengatakan matematika adalah pelajaran tergampang. Buktinya tanpa mengulang-ulang pelajaran matematika selama bertahun-tahun jika paham konsep dasarnya kita masih lebih mudah mengingat daripada pelajaran sejarah, geografi, dan biologi yang bila tidak dipelajari selama setahun saja sudah banyak materi yang terlupakan.

3. Jangan Ragu Bereksperimen.

Setiap manusia mempunyai naluri untuk mencari tahu keadaan sekitarnya, apalagi pada masa anak-anak, di saat pengalaman masih sedikit. Keingintahuan dan eksperimen adalah hal yang mutlak ada dalam dunia matematika. Orang yang jenius sebenarnya bukanlah orang yang mampu menjawab semua soal pada saat ulangan, karena bisa saja terjadi kecurangan berupa menyontek ataupun mengopek, tapi orang yang jenius adalah orang yang memikirkan hal yang tidak dipikirkan orang lain karena keingintahuannya kemudian ia melakukan serangkaian penelitian.

Inilah yang harus dikembangkan di kalangan siswa, bukannya malah memendam bakat mereka. Dengan demikian mereka akan lebih mudah menyerap pelajaran, karena apa yang ia dapatkan berasal dari pengalamannya sendiri, bukankah pepatah telah berkata bahwa pengalaman adalah guru terbaik? Biarkanlah mereka mengutak-atik rumus-rumus matematika sesuai selera mereka, asal tidak melanggar kaidah matematika.

Demikian juga halnya dengan para guru, jangan ragu untuk bereksperimen bila diperlukan, tidak usah segan dengan metode lama yang tidak tertutup kemungkinan mempunyai kelemahan. Ketika Al-Biruni pada akhirnya berhasil membuktikan bahwa bumi mengelilingi matahari, dunia ilmiah tercengang, padahal menurut teori yang telah mapan bersumber dari ilmuwan Yunani bahwa matahari mengintari bumi. Beberapa tahun yang lalu Septi Peni Wulandari, seorang ibu rumah tangga berhasil menemukan metode jarimatika yang merupakan revolusi atas sistem perkalian yang cukup membingungkan.

Ini adalah bukti bahwa ilmu pengetahuan senantiasa berkembang, dan sebagai guru yang bijak, janganlah mau terpaku dalam cara-cara lama yang mempunyai kelemahan. Cobalah hal-hal baru, gagal bukan merupakan masalah, yang penting adalah kita telah mencoba untuk berhasil. Dalam dunia ilmiah, para perintis tak kalah hebatnya dengan para penyempurna setelahnya.

4. Mulailah dari Soal-Soal yang Mudah.

Kebanyakan orang menganggap komputer lebih cerdas daripada otak manusia, padahal komputer jika dimasukkan data yang banyak justru akan semakin lambat, dan bila dipakai dalam waktu yang lama tentu akan rusak. Tidak demikian halnya dengan otak manusia, semakin sering ia dilatih dan dirangsang dengan mempergunakannya justru akan semakin cerdas. Ketika seseorang paham konsep dasar matematika, ia harus melatihnya agar konsep tersebut tidak hilang dari ingatan. Caranya adalah dengan aktif mengerjakan soal-soal, selain itu hal ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengasah daya analisis guna menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Agar belajar menjadi efektif, mulailah dari soal-soal yang mudah terlebih dulu, tujuannya agar konsep yang masih mengambang tersebut menjadi terpatri di dalam ingatan sang murid. Setelah ia menguasai soal-soal yang mudah, barulah beranjak menuju soal-soal yang lebih sulit dan begitu seterusnya. Adalah suatu hal yang sia-sia ketika seorang guru mengajarkan suatu teori dalam sekali pertemuan kemudian langsung memberikan latihan yang sulit, hal ini hanya akan menambah muak bagi siswa dalam mempelajari matematika.

5. Jangan Membahas Materi Selanjutnya jika Siswa Belum Paham Materi yang Masih Diajarkan.

Berdasarkan lama memori yang disimpan, memori otak manusia terbagi 3, yaitu sensor memory ( dalam jangka 30 detik ), short term memory ( ingatan jangka pendek ), dan long term memory (ingatan jangka panjang). Sebenarnya semua yang masuk ke dalam otak akan disimpan, tetapi ada yang benar-benar berkesan sehingga mudah untuk dimunculkan kembali, dan ada juga yang masih mengambang sehingga mudah untuk terlupakan. Selain itu adanya interupsi dan percampuran ingatan dapat membuat kebingungan.

Setiap guru mempunyai keinginan agar apa yang ia ajarkan dapat dikuasai dengan cepat, namun niat mulia ini tidak akan berguna jika sang murid belum memahami pelajaran tersebut dengan baik. Dampaknya siswa akan semakin malas belajar dan berharap materi tersebut cepat selesai agar ia cepat pulang ke rumah, semakin ini terjadi malah akan menimbulkan kebingungan yang berkepanjangan. Ibaratnya ke langit tidak sampai ke bumi tidak terjejak, ilmu yang masih menggantung itu tidak akan bisa digunakan dan hanya menumbuhkan rasa pesimis terhadap pelajaran matematika.

6. Bermain dengan Waktu.

Modernisasi menyebabkan semuanya menjadi lebih cepat, pekerjaan yang biasanya dilakukan secara manual menjadi otomatis, jarak yang jauh dapat ditempuh dalam waktu singkat, dan komunikasi mempercepat koordinasi dalam melaksanakan kegiatan.

Dengan keadaan yang demikian, tidak ada salahnya para guru juga melatih kecepatan siswa-siswanya dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Tidak dapat dipungkiri kini manusia membutuhkan kecepatan dalam kehidupannya agar segala sesuatu menjadi lebih efisien. Manfaat lain dari melatih kecepatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal adalah agar mereka menjadi lebih mahir di bidang matematika, biar bagaimanapun menguasai konsep saja terkadang tidak cukup, dibutuhkan juga kemahiran untuk menguasai sebuah bidang. Banyak orang yang menguasai konsep suatu bidang tapi sedikit yang mahir di bidang tersebut, dan yang dipakai ternyata adalah mereka yang mahir, bukan yang sekadar mengerti konsepnya saja.

Itulah langkah-langkah yang harus ditempuh agar mengajarkan matematika dasar menjadi mudah diterima siswa. Sejenius apapun seorang murid jika cara pengajarannya tidak tepat maka kecerdasannya itu tidak akan terasah, dan sebaliknya banyak anak yang dianggap tidak cerdas tapi mendapatkan cara pengajaran yang benar pada akhirnya ia menjelma menjadi ilmuwan yang hebat. Selain itu, peran orang tua juga tidak kalah besarnya dibandingkan dengan guru di sekolah, apalagi sang siswa berada di sekolah hanya beberapa jam saja. Maka boleh saja orang tua juga mengajari anak-anaknya di rumah, sehingga ia semakin mahir dalam menggunakan ilmu yang didapatinya di sekolah. Coba bayangkan, seandainya semua orang tua mau melakukan hal ini, pastilah generasi muda Indonesia akan menjadi pemimpin-pemimpin dunia, dan bangsa kita tidak akan pernah lagi dicap sebagai bangsa rendahan.
Tips Pilihan Lainnya: