“HANTU Gaul” Itu bernama “MASA KECIL” (Handry TM)

Dec 06, 2017 | / Tips / Umum |
Rate:
Dilihat 2156x
Siapa sangka, Gerda yang berani “berantem” sama cowok, eh “mati kutu” ketika diajak ber-dating- ria sama seseorang yang diam-diam ia mencintainya?

SEMUT memang kecil, tapi ketika ia menempel di atas jok Harley Davidson, larinya kenceng minta ampun (tentu saja ketika HD itu menderu kencang). Ini cuma perumpamaan terhadap pengertian “masa kecil.” Si semut itulah masa kecil, sementara Harley Davidson adalah “kepribadian” yang terbentuk ketika kita dewasa.

Gerda, bayangkan dia ini penampilannya menyerupai pemain sinetron Nikita Willy. Judesnya minta ampun. Beraninya tak ketulungan. Hobi nonton Dunia Lain, meski selalu sinis dan mengecam. “Rekayasa tuh, rekayasa. Gue aja berani kalau cuma uji nyali kayak begitu,” cibirnya.

Masa kecil, bagi Gerda adalah cikal bakal terbentuknya sebuah nyali yang luar biasa dahsyat. “Dulu, ketika aku balita, kata Mama, aku sering ditinggal di rumah sendirian. Aku cuma berteman seekor kucing bernama Aura. Ada sih seorang pembantu, tapi dia sering keluyuran ke rumah tetangga,” katanya.

Kebiasaan hidup mandiri, terjadi pada usia di bawah lima tahun. Pada masa itu, oleh ilmu jiwa disebut sebagai “masa kritis” atau “periode kritis.”Maklum kalau tidak ada takutnya sama malam atau apa. Tapi secara sosial, Gerda tidak banyak mendapat pelajaran.

“Ortu Gerda ‘pecah kongsi’ sejak ia kanak-kanak. Keduanya berantem melulu di depan Gerda, tidak ada pergaulan di luar kamar pengap,” tutur Tante Mony, adik Mamanya. Di usia menjelang 17 tahun, Gerda menjadi cewek yang menarik. Ia merasa geli terhadap ancaman. Cewek, apalagi cowok, yang sengaja atau tidak, menyinggung perasaannya, langsung didamprat.

Sebaliknya, Gerda sendiri merasa cemas, gelisah, gundah, terhadap perkembangan pribadinya yang “kurang berwarna.” Kurang berwarna bagimana?
Bermula dari Pesta

Pesta bagi kalangan remaja seusia Gerda adalah surga kecil yang menawarkan sedikit “madu bahagia.” Namun di mata Gerda, itu pressure, bahkan ancaman. Hal yang paling ia takuti adalah acara ngobrol bersama. “Sialan, Tika bisa ngomong enak sama Joy tentang Finding Nemo, lantas nerocos soal Billy Vaughn secara teteh.

Pesta Valentine tahun lalu, ketika Riri mengajak “paksa” Gerda, akhirnya menjadi bencana dahsyat yang tidak disangka-sangka. Gerda menggigil kedinginan, tiba-tiba ia berteriak histeris sembari keluar tempat pesta.

“Penyebabnya sederhana aja. Gerda aku kenalin sama Limo, cowok cakep temen kakakku, kemudian kutinggal saat mereka berdua,” seru Riri.

Terungkaplah semua persoalan, kenapa Gerda bisa sehisteris itu. Di masa kecil dulu, yang ada di telinganya adalah perintah Mama seputar kalimat: “Jangan! Ya dan Tidak!” Ia juga dilarang main sama teman-teman di luar rumah. Melihat ortu melulu bernada permusuhan. Itu semua menjadikan dirinya terbiasa dalam situasi tidak normal

Ada dua buku mengulas hal yang hampir sama. Pertama, The Concept of Human Development (Mc Neil), berikutnya Psychodynamics: The Science of Unconcious Mental Forces (Blum). Buku tersebut mengupas tentang pengalaman masa kecil sebuah pribadi.

Ternyata, menurut buku tadi, masa kecil menjadi sangat penting dalam perkembangan pribadi individu jauh ke depan. Masa kecil tidak bisa dianggap enteng. Bagi Gerda misalnya, masa kecil adalah sangat traumatis. Hal itu dapat memunculkan perilaku-perilaku yang aneh serta fatal.

“Bagiku, masa kecil nggak beda jauh dengan hantu gaul yang kini terus bergentayangan di pikiran!” Gerda terus hanyut dengan ketakutannya.
3 Wajah “Terbelah” GERDA


SATU:

Gerda adalah “mantan” kanak-kanak yang mendapat sedikit informasi tentang proses belajar. Ia miskin pengalaman berinteraksi dengan individu lain dan sedikit belajar tentang adaptasi. Ia mengalami “masa kritis” (usia di bawah 5 tahun), dengan file-file yang tidak menantang.
&nbso;
DUA:

Gerda menghadapi “pengalaman” luar biasa ketika remaja, karena keberanian untuk berinteraksi dengan orang lain tidak dibangun dari awal. Ia merasa sedih, kecewa dan takut, seolah merasa sendirian menghadapi pengalaman “ngobrol” dengan orang lain. Ia merasa tidak seorang pun mendampinginya.
TIGA:

Belajar dari masa kecil, sama seperti menata batu bata saat membentuk dinding yang tinggi. Makin kokoh, kian melindungi. Terlambat belajar mulai dari dewasa, sama artinya melanjutkan bangunan batu bata yang mestinya sudah nempel sejak kanak-kanak dulu. Kalau dari kanak-kanak tidak terjadi proses “menata” batu bata, sama artinya, Gerda kehilangan masa lalunya yang paling penting.
 
Penelitian Melzack & Scott

Tentang Pengasuhan Masa Kecil
Menjelang tahun 60-an, Melzack dan TH Scott mencoba “uji nyali” dengan meneliti model pengasuhan masa kecil pada “Periode Kritis” dalam laboratorium di Universitas McGill. Simak hasilnya (tapi tidak boleh tersinggung, ya!)
SEBANYAK 22 anjing Scottie yang barusan disapih dari induknya, dipisah menjadi dua. 10 ekor dimasukin ke ruang tertutup, meski diberi makan cukup, 12 sisanya dipiara bagai anjing piaraan kesayangan. Setelah 8 bulan diberlakukan seperti itu, mereka dilepas. Melzack dan TH Scott menangkap ada perilaku yang berbeda.

10 anjing yang dikurung tersebut, begitu keluar langsung berperangai liar. Kadang berperilaku fatal. Anjing-anjing yang dikurung itu nampak aktif dan agresif, begitu keluar kurungan. Semenara Scottie yang dipelihara normal, nampak lebih dewasa dalam menyikapinya.

Sekali lagi jangan tersinggung, memang sih para ahli ilmu jiwa sering nge-lab perilaku manusia dengan eksperimen hewan-hewan. Paling tidak, hipotesa mereka udah cukup mampu menguji seperti apa perilaku manusia terhadap idiom perlakuan (treatment) yang sama.
Periode Kritis

Jangan anggap enteng masa kecil seseorang. Sebab, begitu kita mengalami treatment yang keliru, kelak bakal ada “masalah” panjang yang tidak berkesudahan. Terutama dalam pembentukan kepribadian.

Apalagi pada periode kritis, dimana kita berada pada usia 1-5 tahun. Masa itu sangat peka dalam “mengisi” file. Sehingga, salah file atau blank, akan berakibat kita sulit mengembangkan kematangan.

Berbahagialah bagi yang masa kecilnya hepi-hepi saja. Tapi don’t worry, jika kamu mengalami masa kecil yang kurang bahagia. Masih bisa dikejar, asal mau berletih-letih. Konon, adaptasi tinggi merupakan obat dan vitamin mujarab untuk terus berkembang. Resikonya, kita harus mampu menjadi orang yang dapat mengendalikan diri, tidak emosian dan dapat menerima orang lain.
Tips Pilihan Lainnya: